Pernah ga lo berada di suatu posisi
dimana eksistensi keberadaan lo hanya dianggap sebagai figur yang tidak lebih
sebagai figuran semata yang hanya muncul ketika figur figur pemaeran utama lain
satu persatu pergi memutus kontrak janji yang telah di sepakatkan, membatalkan
secara sepihak, menyelewengkan tanggung jawab yang telah dipercayakan, dan
disitulah posisi lo sebagai aktor figuran yang keberadaa nya hanya dibutuhkan
pada saat moment moment krusial tersebut
.
Padahal di sisi lain di dalam diri lo
terpendam potensi dimana dengan telenta terpendam lo, lo berkesempatan menjadi
seorang figur utama yang dengan tekad dan niat jujur lo akan meghasilkan
komposisi yang memiliki tingkat presisi yang tinggi untuk dapat mengisi peran
sentral tersebut. Hanya saja kepercayaan menjadi titik permasalahan krusial
bagi lo dalam mengambil kesempatan memainkan peran utama itu. Mungkin karena lo
dianggap gagal dalam percobaan memainkan peran itu sebelumnya, keterbatsan
skill dan pengalaman yang membuat itu semua terjadi, tapi pertanyaannya apakah
hanya skill dan pengalaman yang menjadi titik acuan dalam menentukan suatu
pilihan? Sementara nilai- nilai moralitas dan etika di kesampingkan dan di
anggap sebelah mata? Padahal lo disini masih dalam tahap perkembangan yang
progresif, dan mengantongi prospek yang menjajikan, tapi kembali lagi ke
permasalahn awal, lo telah di anggap GAGAL! Dan ‘pintu’ kesempatan itu seakan
hanya terbuka untuk mengesankan bahwa lo masih mempunyai kesempatan ke dua, dan
pada kenyataan nya, sejatinya pintu itu terbuka untuk aktor lain.
Pertanyaan nya, harus bagaimanakah
sekarang? Apakah memainkan peran lain dapat menjadi solusi pragmatis atas
permasalahn lo sekarang? Mungkin jawabannya adalah tidak, karena 3 tahun
terakhir ini lebih dari 10 peran lain yang telah lo paksakan untuk dimainkan
hanya serta merta untuk dapat beralih dari peran utama yang selama ini menjadi
impian dan cita cita lo selama ini, dan nyatanya semua usaha lo itu tidak lain
dan tidak bukan hanya merupakan suatu kegagalan. Karna ada ke tidak tulusan
dari dalam diri lo untuk memainkan peran peran lain itu sehingga berimbas pada
ke labilan dalam ke totalitasan yang merupakan elemen penting yang harus di
junjung tinggi oleh seorang aktor.
Mungkin hanya penantian yang dapat lo
lakukan sekarang di samping usaha lo dalam memfiksasi kan diri lo untuk dapat
menunjukan kepada khalayak bahwa hanya lo lah satu satu nya aktor yang pantas
dan hanya lo lah aktor yang akan mengisi peran tersebut untuk terakhir dan
selamanya.
No comments:
Post a Comment