Saturday, May 16, 2015

figur ( an ) utama.

Pernah ga lo berada di suatu posisi dimana eksistensi keberadaan lo hanya dianggap sebagai figur yang tidak lebih sebagai figuran semata yang hanya muncul ketika figur figur pemaeran utama lain satu persatu pergi memutus kontrak janji yang telah di sepakatkan, membatalkan secara sepihak, menyelewengkan tanggung jawab yang telah dipercayakan, dan disitulah posisi lo sebagai aktor figuran yang keberadaa nya hanya dibutuhkan pada saat  moment moment krusial tersebut .



Padahal di sisi lain di dalam diri lo terpendam potensi dimana dengan telenta terpendam lo, lo berkesempatan menjadi seorang figur utama yang dengan tekad dan niat jujur lo akan meghasilkan komposisi yang memiliki tingkat presisi yang tinggi untuk dapat mengisi peran sentral tersebut. Hanya saja kepercayaan menjadi titik permasalahan krusial bagi lo dalam mengambil kesempatan memainkan peran utama itu. Mungkin karena lo dianggap gagal dalam percobaan memainkan peran itu sebelumnya, keterbatsan skill dan pengalaman yang membuat itu semua terjadi, tapi pertanyaannya apakah hanya skill dan pengalaman yang menjadi titik acuan dalam menentukan suatu pilihan? Sementara nilai- nilai moralitas dan etika di kesampingkan dan di anggap sebelah mata? Padahal lo disini masih dalam tahap perkembangan yang progresif, dan mengantongi prospek yang menjajikan, tapi kembali lagi ke permasalahn awal, lo telah di anggap GAGAL! Dan ‘pintu’ kesempatan itu seakan hanya terbuka untuk mengesankan bahwa lo masih mempunyai kesempatan ke dua, dan pada kenyataan nya, sejatinya pintu itu terbuka untuk aktor lain.

Pertanyaan nya, harus bagaimanakah sekarang? Apakah memainkan peran lain dapat menjadi solusi pragmatis atas permasalahn lo sekarang? Mungkin jawabannya adalah tidak, karena 3 tahun terakhir ini lebih dari 10 peran lain yang telah lo paksakan untuk dimainkan hanya serta merta untuk dapat beralih dari peran utama yang selama ini menjadi impian dan cita cita lo selama ini, dan nyatanya semua usaha lo itu tidak lain dan tidak bukan hanya merupakan suatu kegagalan. Karna ada ke tidak tulusan dari dalam diri lo untuk memainkan peran peran lain itu sehingga berimbas pada ke labilan dalam ke totalitasan yang merupakan elemen penting yang harus di junjung tinggi oleh seorang aktor.


Mungkin hanya penantian yang dapat lo lakukan sekarang di samping usaha lo dalam memfiksasi kan diri lo untuk dapat menunjukan kepada khalayak bahwa hanya lo lah satu satu nya aktor yang pantas dan hanya lo lah aktor yang akan mengisi peran tersebut untuk terakhir dan selamanya.

No comments:

Post a Comment