Jakarta
- “Zaman Now” begitu merka
menyebutnya, era dimana segala yang berbau moderenisasi berlomba-lomba dalam
menjangkau level popularitas pada lingkungan masyarakat. Berbagai cara ditempuh
demi mencapai tujuan ini, tujuan yang semata-mata hanya demi eksistensi diri
serta menjadi alternatif lain dalam mengumpulkan pundi-pundi materialisme,
hal-hal yang zaman now ini merupakan
hal yang digandrungi oleh masyarakat khususnya kaula muda.
Salah
satu cara dalam mencapau tujuan tersebut adalah dengan mem-viral kan segala hal, baik yang penting, hingga tidak penting
sekalipun. Pengertian viral adalah
aktivitas di dunia maya yang menggambarkan penyebaran sebuah informasi melalui
media online yang tersebar dengan cepat sehingga membuatnya menjadi populer dan
menjadi perbincangan khalayak umum (www.sumberpengertian.com) . Coba anda ketik kata “viral” pada kolom-kolom pencarian yang sifatnya online. Apa yang anda temukan? Berbagai
postingan baik visual, maupun audio visual berdurasi satu hingga 10 menit dapat
anda temukan, berbagai konten dari konten yang isinya memuat konflik di
masyarakat, statement para publik
figur, semua di viral dengan dalih
ini semua termasuk dalam azas demokrasi serta kebebasan dalam pers. Maka jangan
heran pada era zaman now ini banyak
bermunculan jurnalis-jurnalis dadakan bermodalkan perangkat digital pintar
bertebaran menunggu kejadian yang dianggap “informatif” bagi mereka. Secara pers tujuan dari viral ini adalah demi menyebarkan segala hal yang berbau informatif kepada khalayak luas.
Pertanyaan nya apakah konten “ibu-ibu marah ditilang polisi”, “pemilik mobil
mengamuk, kendaraannya diangkut dishub” “tauran SMA A VS STM B” merupakan
konten yang berbau informatif? Konten-konten tersebut merupakan contoh dari
sekian banyak viralisme yang zaman now ini banyak bermunculan di
kolom-kolom pencarian. Pertanyaanya sekarang apakah konten-konten tersebut
termasuk golongan yang informatif? Anda-anda mungkin tau sendiri jawabannya,
namun kenapa hal-hal tersebut justru lebih menarik animo masyarakat ketimbang viral-viral yang berisikian prestasi
bangsa atau setidaknya lebih edukatif untuk dikonsumsi. Jangan salahkan bila pada
era zaman now ini muncul juga
hakim-hakim dunia maya yang beropini dan men-judgement fenomena-fenomena “informatif” dengan kata-kata yang kita
sebut sebagai “bullying” tersebut, karena sesungguhnya kita sendiri para viralis yang menginginkan keadaan seperti
ini.
Sudah
saatnya masyarakat merevolusi mental seperti yang dicanangkan oleh Bpk.
Presiden Jokowidodo, karena memang pola pikir atau mental masayarakat sekarang
merupakan momok untuk bangsa dan negri ini sendiri, janganlah kita hancur
karena pola pikir kita sendiri, bangsa ini butuh sesutu yang benar-benar berbau
prestasi dan informatif demi kemajuan bangsa dan negri kita tercinta ini.